WAHYU PERTAMA ITU BERBUNYI IQRA'



"Ibunya Mas Fikri kan Bu. Putranya pandai berhitung Bu", ucap Ustadzah  saat aku menjemput Fikri di sekolahnya. " Tapi dia belum lancar baca Us", jawabku.
"Lha sama Bundanya nggak diajari baca, cuman diajari berhitung", kata-kata Ustadzah yang bernada guyonan itu tak urung membuatku berpikir juga. Untuk anak seusianya yang masih kelas satu SD, Fikri memang telah lancar dalam hal operasi penjumlahan dan pengurangan, meskipun ibunya tak pernah secara khusus mengajarkan hal itu. Mungkin karena terbiasa melihat ibunya yang bekerja dengan angka, maka "kegemaran" berhitung itu secara alami menurun kepadanya. Hhmmmmm... suatu hal yang patut disyukuri mengingat banyak dari anak usia sekolah yang menjauhi matematika.Kembali ke masalah "baca", merunut sejarah ke belakang, wahyu yang pertama kali diturunkan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw adalah "IQRA'". Tentunya bukan tanpa kesengajaan dan tujuan ketika Allah swt memberikan perintah kepada Rosulullah saw berupa iqra', yaitu perintah untuk membaca. Apalagi jika dikaitkan dengan kenyataan bahwa Nabi Muhammad saw adalah seorang yang ummy (tidak bisa membaca dan menulis) maka perintah iqra' pastinya mengandung makna filosofi yang sangat mendalam.

Perintah iqra' dalam surat Al 'Alaq yang terdiri dari 5 ayat diulang sebanyak dua kali. Perintah pertama adalah iqra' bosmirobbikalladzi khalaq - bacalah dengan nama Rabb-mu yang menciptakan. Perintah kedua adalah iqra' warobbukal akrom - bacalah dan Rabb-mu adalah Maha Pemurah. Perintah pertama menjelaskan tentang tata cara membaca yang baik dan benar, yakni membaca dengan menggunakan nama Allah swt yang telah menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya termasuk manusia. Sedangkan perintah kedua menjelaskan output dari proses membaca yaitu kemuliaan sebagai hasil dari ilmu yang diperoleh dari proses membaca.

Pengulangan penyebutan kata iqra' dalam wahyu pertama ini dapat pula diartikan bahwa membaca harus dilakukan secara berulang-ulang dan istiqomah agar ilmu yang diperoleh mengendap dalam ingatan.

Menurut penjelasan Bapak Quraish Shihab, kata iqra' diambil dari kata qara-a yang berarti "menghimpun". Arti asal kata ini menunjukkan bahwa iqra' tidaklah mengharuskan adanya teks tertulis yang dibaca dan tidak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain. Karenanya kita dapat menemukan beragam arti dari kata tersebut dalam kamus seperti menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui, mengetahui ciri-ciri sesuatu dan sebagainya yang semuanya dapat dikembalikan kepada hakikat "menghimpun".

Kenyataannya adalah perintah IQRA' diturunkan Allah swt sebelum perintah shalat, puasa, zakat, haji, bahkan sebelum perintah untuk beriman. Sehingga patutlah untuk dipahami bahwa perintah iqra' merupakan perintah pertama dan utama, tidak saja kepada Nabi Muhammad saw sebagai penerima wahyu, tapi juga kepada kita semua sebagai pengikut beliau.

Ber-IQRA' dengan demikian merupakan basis seluruh proses ber-ISLAM. Iqra' dapat melepaskan diri dari keterbelakangan berpikir, kefanatikan yang membabi buta, kenaifan dalam berkeyakinan, dan ketidakmampuan dalam menggunakan logika, akal sehat, dan nalar. Sehingga pada akhirnya kita akan menyadari keberadaan Allah swt yang telah menciptakan dan mengendalikan alam semesta.

Sayangnya meskipun secara umum perintah iqra' dipahami sebagai suatu perintah yang luas untuk mengoptimalkan kemampuan akal dan pikiran dalam memahami eksistensi Allah swt sebagai Sang Maha Pencipta, masih banyak kita temukan fakta di sekitar kita bagaimana kelompok-kelompok senang memberikan judgement (penilaian) pada kelompok lain dan tayangan-tayangan yang berbau mistik dan tidak logis yang bisa jadi menjebak kita kedalam sikap jumud, fanatik, dan taqlid.

Begitulah pentingnya IQRA' sehingga pantaslah perintah itu menjadi perintah yang pertama dan utama karena menjadi dasar turunnya iman, menjadi gerbang dari hadirnya hidayah Allah swt kedalam jiwa dan qalbu manusia. Dengan iqra', cara pandang dan pola pikir manusia akan terstruktur, terbuka, obyektif, logis dan rasional, tidak terjebak kedalam keterbelakangan, tidak naif, tidak bias, dan tidak sempit. InsyaAllah...

Wallahua'lam bishshawab.

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Subhanallah it's very nice my old sister😘😘😘😘

    BalasHapus