Hari ini, tanggal 6 syawal 1439 H. Alhamdulillah bisa kembali menyentuh laptop dan sedikit bercerita padanya setelah beberapa hari tak berkesempatan untuk berteman dengannya.
Banyak sekali saudara, sahabat, teman, murid yang datang bersilaturahim ke rumah. Pikiran pun tergelitik untuk bertanya pada diri sendiri apa yang menggerakkan mereka sehingga menyempatkan diri untuk saling mengunjungi, bahkan dengan menempuh jarak yang terbilang jauh pun tak mengapa. Kesimpulanku pun tertuju pada sebuah RASA yang orang lazim menyebutnya dengan CINTA. Cinta lah yang menuntun langkah mereka. Cinta, sesuatu yang tak dapat dijelaskan dan hanya mampu dirasakan. Sesuatu yang dapat hadir dimana saja, kapan saja, kepada siapa saja. Sesuatu yang dapat membawa sejuta bahagia sekaligus menguras air mata. Cinta berkaitan dengan hati sehingga tak butuh definisi
Siapapun boleh mengartikan Cinta. Rabiah Al Adawiyah yang dikenal juga dengan nama Rabiah Basri, seorang sufi wanita yang terkenal karena kesuciannya dan kecintaannya pada Allah mendefinisikan CINTA sebagai ungkapan kerinduan dan gambaran perasaan yang terdalam. Perempuan yang dijuluki The Mother of the Grand Master (Ibu Para Sufi Besar) karena ke-zuhud-annya ini menyatakan bahwa hanya yang merasakan cinta lah yang mampu mengenalinya.
Seorang penyair sufi Maulana Jalaludin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri atau yang lebih dikenal sebagai Jalaludin Rumi, menyatakan bahwa CINTA adalah sumber segala sesuatu. Dunia dan kehidupan muncul karena kekuatan yang bernama cinta. Pemahaman atas dunia hanya mungkin didapat lewat cinta.
Penyair, pelukis, pemahat, penulis, filsuf, dan pakar teologi ternama Kahlil Gibran menyatakan CINTA sebagai satu-satunya kebebasan di dunia yang membangkitkan semangat hukum-hukum kemanusiaan dan gejala-gejala alami pun tak bisa mengubah perjalanannya. Syair-syair cinta karyanya seperti The Prophet, The Madman, Sand and Foam, The Broken Wings, dan masih banyak judul lainnya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia.
Menurut penulis buku "Nilai Cinta Dalam Al Quran", DR. Mahmud bin Asy Syarif, CINTA adalah sebuah kerinduan yang tidak berujung dan sebuah kegilaan yang tidak berkesudahan.
Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub bin Sad al-ZarI atau lebih dikenal sebagai Ibnul Qayyim al Jauziah, adalah seorang cendekiawan dan ahli fiqih bermadzab Hambali. Disamping itu, ia juga seorang ahli tafsir, ahli hadits, penghafal Al Quran, ahli ilmu nahwu, ahli ushul, ahli ilmu kalam, sekaligus seorang mujtahid. Banyak sudah buku yang telah ditulisnya. Beliau mendefinisikan CINTA sebagai luapan hati dan gejolaknya saat dirundung keinginan untuk bertemu dengan sang kekasih.
Cendekiawan Muslim Indonesia sekaligus mantan Menteri Agama pada Kabinet Pembangunan VII (1998) Prof. Dr. H. Muhammad Quraish Shihab, M.A. menyebut CINTA sebagai kecenderungan hati kepada sesuatu karena kenikmatan atau manfaat yang dapat diperoleh dari yang dicintai.
Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah yang lebih dikenal dengan nama Hamka, yang merupakan seorang ulama dan sastrawan besar Indonesia yang banyak menghabiskan waktunya sebagai wartawan, penulis, dan pengajar ini menyatakan CINTA sebagai perasaan yang mesti ada pada setiap manusia. Ketua pertama MUI sekaligus aktivis gerakan Muhammadiyah ini mengibaratkan CINTA laksana embun yang turun dari langit, bersih, dan suci. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus, maka tumbuhlah kedurjanaan, kedustaan, dan perkara tercela lainnya. Namun jika ia jatuh ke tanah yang subur, maka akan tumbuh kesucian hati, keikhlasan, setia, budi pekerti yang tinggi, dan hal lain yang terpuji.
Apapun definisi CINTA, ia tetaplah sebuah rasa yang tak berbentuk, hanya bisa dirasakan tanpa bisa dilihat dan disentuh wujudnya. Sekuat apapun kita menolaknya, jika ia sudah datang maka kita tak akan mampu menghalanginya. Dan sekuat apapun kita mempertahankannya, jika ia sudah ingin pergi, maka kita hanya akan bisa merelakannya. Mungkin hanya doa yang mampu mengiringi langkahnya. Sejauh apapun jarak memisahkan, doa lah yang akan mendekatkan. Seberat apapun cobaan yang datang, doa lah yang akan menguatkan. CINTA DAN DOA adalah dua hal yang harus saling mengisi, agar cinta membawa bahagia dan bukannya deraian air mata.....
0 Komentar