KAWASAN BAJU BEKAS YANG TERPINGGIRKAN
Pasar Wage Tulungagung
adalah salah satu pusat perekonomian di Kabupaten Tulungagung. Pasar ini
berlokasi di Jalan WR Supratman Tulungagung, di sepanjang tepian Kali Jenes. Pembangunan
pasar di tepian sungai bukannya tanpa alasan. Sejarah mencatat bahwa berbagai
peradaban besar lahir dan berkembang dari sungai. Sebut saja Kerajaan
Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Sunda, Kerajaan Siak Seri Inderapura,
Kerajaan Banjar, dll. Kerajaan di luar nusantara pun banyak yang tumbuh dan
berkembang di kawasan sungai, seperti Kerajaan Mesir Kuno, Kerajaan Turki,
Kerajaan India, dan Kerajaan Tionghoa. Demikian pula dengan Tulungagung. Pasar
dan lembaga pendidikan (baca: pesantren) awalnya banyak dibangun di tepian
sungai untuk mempermudah transportasi. Sebagaimana diketahui bahwa pada zaman
dulu, transportasi darat kondisinya belum sebaik sekarang. Masyarakat banyak
memanfaatkan sungai sebagai jalur transportasi menggunakan perahu. Selain itu,
sungai juga dimanfaatkan masyarakat untuk keperluan minum, masak, mandi, dan
mencuci.
Pasar dengan luas tanah
5.332 m2 dan luas bangunan 5.032 m2 ini merupakan pasar
milik pemerintah dengan nomor sertifikat 12.24.14.08.4.00084. Pengelolaan Pasar
Wage semula dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Pada tanggal 10 Agustus
2017 terjadi kebakaran di pasar tersebut. Selanjutnya pada tahun 2017 juga terjadi
perubahan Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) dimana pengelolaan pasar
dialihkan ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag).
Pasar Wage Tulungagung
termasuk kedalam jenis pasar rakyat, dimana antar pedagang dan pembeli terjadi
proses tawar menawar untuk mencapai kesepakatan harga. Adapun komoditas yang
dijual di Pasar Wage Tulungagung meliputi aneka sayuran, buah, sembako, pakaian,
sandal sepatu, peralatan rumah tangga, kuliner, hingga perhiasan emas. Pasar
ini buka setiap hari mulai pukul 07.00 hingga 17.00 WIB.
Salah satu hal yang
menarik perhatian penulis di Pasar Wage Tulungagung adalah adanya deretan kios
yang menjual pakaian bekas. Kios-kios ini terletak di bagian belakang pasar,
tepatnya di bagian selatan. Kios-kios ini dapat dengan mudah ditemukan jika
pengunjung memasuki pasar dari pintu masuk selatan, di belakang area parkir
motor.
Kios pakaian bekas ini
menjual berbagai pakaian bekas, baik pakaian pria maupun wanita, dewasa maupun
anak-anak. Ada juga yang menjual topi, sepatu, sandal, ikat pinggang, hingga
seragam sekolah dan seragam kantor. Semuanya bekas, namun masih layak pakai. Para
pedagang di kios ini memperoleh dagangannya dari para pengunjung pasar yang
sengaja menjual pakaian layak pakainya ke pasar ini. Harga pakaian bekas disini
relatif sangat terjangkau, namun tergantung juga pada kemampuan pembeli dalam
menawar.
Kebanyakan, pedagang di
kios pakaian bekas ini adalah orang-orang tua. Maraknya perdagangan pakaian
melalui aplikasi jual beli online, menjadikan kios-kios mereka semakin sepi
pengunjung. Namun mereka tetap optimis, karena mereka yakin Tuhan akan memberi
rezeki kepada siapa saja yang mau berusaha. Menurut hemat penulis, keberadaan
para pedagang di kios-kios pakaian bekas ini semakin terpinggirkan. Jika tidak
disikapi dengan bijaksana, dimungkinkan mereka akan hilang. Wallahu a’lam
bishawab…
0 Komentar