MUTIARA DI BALIK HARI KELAHIRAN


Setiap tahun ada satu hari yang akan mengantar ingatan kita pada hebatnya perjuangan ibu saat melahirkan kita ke dunia ini. Hari itu adalah hari kelahiran kita. Namun apa sebenarnya makna di balik hari kelahiran yang selanjutnya banyak diperingati dengan sebutan Hari Ulang Tahun? Bahkan tak sedikit tradisi yang kemudian dilestarikan dan dilakukan setiap tahun untuk merayakan ulang tahun seperti potong kue dan tiup lilin. Bagaimana sebenarnya agama kita memberikan tuntunan dalam menyikapi peringatan hari ulang tahun ini?
Merunut sejarah ke belakang, peringatan hari ulang tahun dimulai di Eropa, yang diawali dengan ketakutan akan adanya roh jahat yang akan datang pada saat seseorang berulang tahun. Untuk menjaga orang yang sedang berulang tahun dari hal-hal jahat, maka teman-teman dan keluarga diundang untuk memberikan doa serta pengharapan yang baik. Pemberian kado juga dipercaya akan memberikan rasa bahagia sehingga dapat mengusir roh jahat tersebut.  
Peringatan ulang tahun juga identik dengan adanya kue ulang tahun yang biasanya berbentuk bundar. Bentuk kue ini diadopsi dari kue yang semula digunakan sebagai persembahan ke kuil dewi bulan, Artemis. Bentuknya yang bulat dianggap menggambarkan bulan dan lilin-lilin yang biasanya diletakkan diatasnya ditujukan agar kue menjadi terang seperti bulan purnama.
Di Jerman ada jenis kue yang disebut Geburtstagorten yakni kue dengan beberapa layer/tingkat yang berbahan roti. Di Jerman juga terdapat tradisi meletakkan lilin di tengah kue yang menandakan terangnya kehidupan. Asap lilin yang muncul setelah lilin ditiup dipercaya akan membawa pengharapan ke surga. Semua lilin yang mati dalam sekali tiup juga diyakini akan membawa nasib baik bagi seseorang yang sedang berulang tahun.
Ada pula tradisi memakan kata-kata yang ada di kue. Apa yang tertulis dan dimakan ini dipercaya akan membawa hal yang sama seperti yang tertulis tersebut. Seperti misalnya saat seseorang memakan tulisan Happy dari kata Happy Birthday maka orang tersebut akan merasa happy.
Mengirim kartu ucapan “Selamat Ulang Tahun” dimulai lebih kurang seabad yang lalu di Inggris. Disana, mulanya hanya raja saja yang hari ulang tahunnya diperingati. Dan disinilah tradisi topi ulang tahun dimulai. Lama kelamaan, anak-anak juga turut diperingati hari ulang tahunnya.  
Berkaca dari cerita tersebut, yang nyata menunjukkan bahwa tradisi ulang tahun adalah ritual kaum kuffar (paganism) terhadap Dewi Bulan Artemis, masihkah kita sebagai muslim akan mengikutinya? Siapa sebenarnya Artemis? Artemis dipercaya ada pada masa pra-Yunani, ia adalah dewi perburuan, alam liar, perawan dan perbukitan, pembawa dan penghalau penyakit, serta penolong proses kelahiran. Artemis adalah putri Zeus dan Leto yang sekaligus saudara kembar dari Apollo. Artemis digambarkan membawa busur dan anak panah. Rusa dan pohon siprus dikeramatkan olehnya.
Peringatan hari kelahiran bukanlah termasuk amal ketaatan (melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya) namun termasuk amal kebaikan. Asalkan tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan Hadits, tetaplah perkara yang baik/mahmudah/hasanah boleh dilakukan.
Jika peringatan hari kelahiran disertai dengan ritual yang tidak ada tuntunan dalam Islam (seperti misalnya mandi kembang dengan maksud membersihkan diri dari segala dosa atau mengucapkan harapan sesaat sebelum meniup lilin-lilin yang ada di kue ulang tahun dengan maksud agar harapannya terkabul), maka peringatan semacam ini tentu saja tidak diperbolehkan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim disebutkan bahwa “Orang yang melakukan ritual amal ibadah yang bukan berasal dari Kami, maka amal ibadahnya tertolak”.
Tradisi yang selama ini ada dalam peringatan hari ulang tahun juga cenderung diadopsi begitu saja tanpa diketahui maksud yang sebenarnya. Tentulah tindakan semacam ini dapat dikategorikan sebagai sikap tasyabbuh (menyerupai). Padahal dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud nyata-nyata telah disebutkan bahwa “Orang yang meniru suatu kaum, ia seolah adalah bagian dari kaum tersebut”.
Namun bukan berarti tak ada hikmah yang bisa kita ambil saat hari kelahiran datang. Kita dapat mengevaluasi apa saja yang telah kita kerjakan di seluruh umur yang telah kita lalui. Pun melalui kebiasaan makan bersama saat peringatan hari ulang tahun, kita dapat mempererat tali silaturahmi.
Bagi yang tidak sedang berulang tahun, dapat mendoakan saudaranya yang tengah berulang tahun dengan doa semoga ia “Panjang umur dalam ketaatan kepada-Nya” atau “Panjang umur dalam kebaikan”. Panjang umur disini tentu saja dapat bermakna benar-benar panjang umur secara matematis, atau panjang umur yang menunjukkan hakikat seberapa besar seseorang mengisi umurnya dengan hal-hal baik dan amal sholih serta berguna untuk kemaslahatan umat lainnya.
Panjang umur secara hakikat dapat pula diartikan agar kita masih dapat memberikan manfaat bahkan disaat kita telah meninggalkan dunia ini. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan menyampaikan ilmu. Jika ilmu itu bermanfaat, maka amal kebaikan (amal sholih) akan terus diperoleh walaupun kita telah meninggal. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan bahwa “Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholih yang selalu mendoakan”.
Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan bahwa “Ketika hambaku berusia 40 tahun, maka Aku bebaskan dia dari tiga penyakit : gila, kusta, dan albino. Jika berusia 50 tahun (jika mati), Aku hisab dia dengan hisab yang mudah. Jika berusia 60 tahun, Aku buat dia tertarik bertaubat. Jika berusia 70 tahun, dia disukai oleh para malaikat. Jika berusia 80 tahun, ditulis kebaikannya dan dibuang (tidak ditulis) keburukannya. Jika berusia 90 tahun, para malaikat berkata : dia adalah tawanan Allah (atas jaminan Allah) di bumi-Nya, maka Allah mengampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang dan beri syafaat (bawa berkah) bagi keluarganya”.
Sebagai kaum muslimin, telah ditetapkan oleh Allah swt dan Rasul-Nya bahwa hanya ada tiga hari saja yang boleh dirayakan oleh umat Islam yakni Iedul Fitri, Iedul Adha, dan Hari Jumat. Jika peringatan hari kelahiran menjadi suatu keharusan untuk dirayakan, tentulah hal ini tidak dapat dibenarkan. Apalagi peringatan hari kelahiran ini tidak memiliki akar sejarah dalam Islam. Jika ada yang berargumen menyandarkan peringatan hari kelahiran pada peringatan Maulid Nabi sebagai dasarnya, maka perlu ditilik ulang proses lahirnya peringatan Maulid Nabi beserta makna yang terkandung didalamnya.
Tersebutlah Sultan Shalahuddin al-Ayubi yang merasa prihatin dengan kondisi umat Islam pada saat itu, dimana bumi Palestina telah dirampas oleh pasukan Salib Eropa. Sultan Shalahuddin menyadari bahwa umat ini lemah dan tidak berani melawan kekuatan pasukan Salib Eropa karena mereka sudah terkena penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati). Mereka bisa saja mengabaikan salah satu ajaran Islam, yakni jihad. Bahkan ada diatara mereka yang tidak lagi menyadari perjuangan Rasulullah saw beserta para sahabatnya. Untuk menyadarkan kaum muslimin tentang pentingnya perjuangan, Sultan Shalahuddin menggagas ide tadzkirah yang selanjutnya disebut sebagai Maulid Nabi. Akhirnya, bangkit dan berkobarlah semangat jihad dalam diri kaum muslimin sehingga Palestina kembali ke pangkuan Islam. Jadi Maulid Nabi tentu saja tidak dapat dijadikan sebagai dalil dibolehkannya pesta ulang tahun.
Lalu hal apa saja yang dapat kita lakukan untuk memperingati hari kelahiran? Beberapa hal berikut ini adalah lebih bijaksana untuk dilakukan dibandingkan dengan tradisi ulang tahun yang tidak kita pahami dasar dan tuntunannya :
1.  Muhasabah / Introspeksi Diri
Peringatan hari kelahiran sangat tepat apabila diisi dengan merenungi segala kesalahan dan dosa yang telah diperbuat. Hal ini tentu saja dalam upaya menjadi pribadi yang lebih baik. Momen hari lahir seharusnya juga mengingatkan kita untuk lebih baik dalam memanfaatkan waktu yang telah dianugerahkan Allah agar kita tidak menjadi orang yang merugi. “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. Kecuali orang yang beriman dan orang-orang yang beramal sholih dan nasihat manasihati supaya menaati kebenaran dan menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al Ashr : 1-3)

2.  Bersedekah
Daripada menghamburkan uang untuk mengadakan perayaan yang tidak sesuai dengan tuntunan Islam, alangkah lebih baiknya jika rezeki yang kita punya digunakan untuk membantu mereka yang membutuhkan. Dalam QS Al Israa ayat 127 disebutkan “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros”. Demikian juga dalam QS Al Baqarah ayat 195 yang menyebutkan “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan, dan berbuat baiklah karena sesungguhnya Allah manyukai orang-orang yang berbuat baik”.  

3.  Mengingat kematian
Sejatinya ulang tahun adalah berkurangnya berbagai kenikmatan yang kita peroleh dan semakin dekatnya dengan kematian. Karena itulah, ingat mati mutlak dilakukan oleh setiap manusia. Dalam QS Ali Imron ayat 185 dijelaskan bahwa “Tiap-tiap yang berjiwa akan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”.
Mengingat kematian ini tentu saja tidak cukup hanya sekedar ingat, tapi harus diringi dengan upaya untuk meningkatkan keimanan, memperbanyak dzikir, dan memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

4.  Menambah prestasi
Peringatan hari kelahiran juga merupakan momen yang tepat untuk membuat komitmen dengan diri sendiri untuk meningkatkan kualitas diri, menambah prestasi dan kemanfaatan diri bagi manusia lainnya.

5.  Bersyukur
Nikmat Allah sungguh tak dapat untuk dihitung. Di awal surat An Nahl disebutkan berbagai nikmat yang diantaranya adalah hewan ternak, turunnya hujan, tumbuhnya berbagai tanaman (zaitun, kurma, dan anggur), bergantinya malam dan siang, adanya laut untuk mencari karunia Allah, adanya gunung-gunung yang dijadikan sebagai pasak agar bumi tidak bergoncang, dan adanya bintang sebagai penunjuk arah. Kaitannya dengan hari kelahiran, nikmat kesehatan pastilah merupakan sesuatu yang sangat patut untuk disyukuri. “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. An Nahl : 18).
Memang teramat banyak nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada setiap makhluknya sehingga kita tak akan sanggup lagi menghitungnya. “Maka nikmat Rabb yang manakah yang kalian dustakan?”, satu ayat dalam QS Ar-Rahman yang diulang hingga 31 kali. Pengulangan ini tentunya akan membuat hati setiap orang yang beriman tergetar karena memiliki makna dan teguran Allah azza wa jalla agar kita tak pernah lupa bersyukur.
Ungkapan syukur selain dilafadzkan dengan ungkapan Alhamdulillah, seharusnya juga diimplementasikan dengan mengisi umur dengan terus meningkatkan amal ibadah. “Sesungguhnya (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan : Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azabku sangat pedih” (QS. Ibrahim : 7).

Masih banyak lagi yang dapat dilakukan dalam rangka memberi makna pada peringatan hari kelahiran. Yang pasti : “hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok” (QS. Al Hashr : 18). Semoga kita semua dapat mengisi sisa umur kita dengan dengan hal-hal yang bermanfaat dan membawa kemaslahatan bagi kehidupan makhluk Tuhan yang lainnya.
Wallahu A’lam Bishawab…         

Posting Komentar

0 Komentar